Keterangan Umum
Lokasi
a. Geografi : 07o 08'30" LS dan 107o20' BT
b. Administratif : Kabupaten Garut, Jawa Barat
Ketinggian
a. Dml : 2249 m
b. Dari kota terdekat : 1600 m
Pos Pengamatan
a. Lokasi : Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong, Kab. Garut
b. Posisi Geografi : 07o 11' 55.2767"LS dan 107o 51' 39.1195" BT
Kota terdekat : Garut
Pendahuluan
Gunung Guntur adalah nama sebuah puncak dari suatu kelompok gunungapi yang disebut
dengan Komplek Gunung Guntur. Komplek Gunung Guntur ini terdiri atas beberapa kerucut,
yaitu Gunung Masigit (2249) yang merupakan kerucut tertinggi. Ke arah tenggara dari
Gunung Masigit terdapat kerucut Gunung Parukuyan (2135m), Gunung Kabuyutan (2048)
Dan Gunung Guntur.
Cara Pencapaian
Gunung Guntur dapat dicapai dari Kota Bandung menuju Kota Garut (55 km) dengan waktu
tempuh 2 jam. Pendakian ke puncak/kawahnya dapat dilakukan dari Kampung Citiis sebelah
selatan Gunung Guntur, dengan waktu tempuh 3 - 4 jam. Untuk menuju Kampung Citiis
bisa dilakukan dari Kota Garut (3 km) dengan menggunakan kendaraan roda 4 (empat).
Demografi
Pemukiman di sekitar Gunung Guntur umumnya berada pada ketinggian 600m - 1000m dpl.
Pemukiman ini sebagian besar terkonsentrasi di kaki tenggara dan selatan serta sebagian
kecil dikaki timur danutara
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Sumberdaya gunungapi yang bisa dimanfaatkan adalah:
-Mata air panas diCipanas, Tarogong Garut
-Bahan galian (batu, pasir) yang terdapat di Kampung Citiis,Cikatel dan Rancabango
Wisata
Daerah Wisata yang menarik untuk dikunjungi adalah:
- Mata air panas di Cipanas, dengan fasilitas pemandian, kolam renang dan hotel serta
pemandangan alam yang menarik.
- Air terjun dan tempat perkemahan di atas Kampung Citiis
SEJARAH LETUSAN
Daftar Waktu Letusan
Tahun Kegiatan
1690 : Letusan besar, banyak orang menjadi korban, daera rusak
1770 : Keterangan lebih lanjut tidak
1777 : Terjadi letusan
1780 : Terjadi aliran lava
1803 : Letusan pada tanggal 3-15 April
1807 : Terjadi letusan pada tanggal 9 Mei
1809 : Keterangan lebih lanjut tidak ada
1815 : 15 Agustus
1815/1816 : 21 September
1816 : 21-24 Oktober
1825 : 14 Juni, hutan di sekitar gunung terbakar
1827/1828 : Keterangan lebih lanjut tidak ditemukan
1829 : Beberapa kampung hancur, beberapa orang menjadi korban
1832 : 16 Januari, 8-13 Agustus
1833 : 1 September
1834/1835/1836 : Bulan Desember
1840 : Terjadi aliran lava ke Cipanas
1841 : 14 Nopember, letusan sangat besar lk 400.000 batang pohon kopi hancur
1843 : 4 Januari dan 25 November
Tanah rusak dan beberapa kampung terlanda
1847 : Tidak ditemukan keterangan lebih lanjut
Karakter Letusan : EksplosifB. Gunung Papandayan
Lokasi
a. Administrasi : Kabupaten Garut, Jawa Barat
b. Posisi Geografi
: 7019’00" LS dan 107044'00"BT
Ketinggian : a. 2665 dml
b. 1950 m di atas dataran kota Garut.
Kota Terdekat : Garut
Tipe Gunungapi : Strato tipe A
Pos Pengamatan : Terletak pada ketinggian 1050 m dml di kampung
Pusparendeng, Desa Pakuwon, Kec. Cisurupan.
Cara Pencapaian
Kawah Mas G. Papandayan dapat dicapai dari Bandung dengan kendaraan bermotor melalui
2 jalan alternatif. Jalan alternatif pertama, melalui kota Garut (lama perjalanan sekitar 2
jam), lalu menuju Kecamatan Cisurupan (lama perjalanan sekitar 20 menit) dan dari sini
dilanjutkan hingga Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 25 menit). Jalan alternatif kedua,
melalui Pangalengan, melewati daerah perkebunan Garut Selatan (Perk. Sedep dan
Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy (lama perjalanan sekitar 3 jam), dari sini dilanjutkan
menuju Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 30 menit).
Demografi
Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor Timur Laut, Tenggara dan Timur-
Tenggara yakni di Kecamatan Bayongbong, Cikajang dan Cisurupan. Sedangkan
pemukiman penduduk di sektor utara, baratlaut, barat, baratdaya dan selatan jumlahnya
relatif sedikit.
Inventarisasi Sumberdaya Gunung Api
a. Batuan Beku
Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit dan andesit-
basaltik, dimanfaatkan menjadi batu belah dan batu lempengan untuk keperluan bahan
bangunan dan batu hias serta pengerasan jalan dan pembuatan jembatan.
b. Belerang (Sulfur)
Cadangan belerang (sulfur) cukup berlimpah, terutama di Kawah Mas (puncak
G.Papandayan), dipergunakan untuk pembuatan pupuk. Akses jalan menuju Kawah Mas
sudah beraspal dengan kondisi relatif baik, kecuali antara tempat parkir dan Kawah Mas.
c. Kaolin
Cadangan kaolin relatif sedikit, terutama terdapat di sekitar G. Walirang, Kawah Mas dan di
sebaran endapan guguran puing (debris avalanche deposit). Biasanya dipergunakan untuk
pembuatan porselin dan obat-obatan.
Wisata Gunungapi
Terdapat di sekitar puncak G. Papandayan, yakni di Kawah Mas. Untuk objek camping yang
cukup representatif, adalah di sekitar Tegal Alun-alun dan Tegal Brungbung. Panorama alam
yang cukup memukau, terdapat di sektor barat, baratlaut dan utara, terutama karena
hamparan perkebunan tehnya.
Bagi penggemar hiking, dapat melakukannya melalui sektor timurlaut, yakni melalu
kampung Panday, melewati Pos Pengamatan G, Papandayan (berposisi di kampung
Pusparendeng), kampung Pangauban (dengan kemiringan lereng relatif kecil, yakni berkisar
antara 5o dan 10o). Dari sini menuju puncak G.Papandayan sektor timurlaut melewati
punggungan berkemiringan lereng antara 30 o dan 45o. Lama perjalanan berkisar 5-6 jam
SEJARAH LETUSAN
Data aktivitas
Kegiatan gunungapi Papandayan yang tercatat dalam sejarah, yakni sejak tahun 1772
hingga tahun 1927, perinciannya adalah sebagai berikut1) :
1772 11-12 Agustus, terjadi letusan besar dari kawah pusat, awan panas
yang dilontarkan memakan korban jiwa lebih kurang 2951 orang dan
menghancurkan 40 buah perkampungan.
1882 28 Mei, terdengar suara gemuruh terus menerus dari arah utara
kampung Campaka Warna, diduga berasal dari G. Papandayan
1923 11 Maret, terjadi letusan lumpur beserta lontaran batu-batu dilontarkan
hingga jarak 150 m. Terdapat 7 buah lubang letusan dalam Kawah Baru
dan letusan ini didahului oleh gempa bumi yang terasa di Cisurupan.
1924 25 Januari, Kawah Mas suhunya naik dari 364o menjadi 500o, kemudian
terjadi letusan lumpur di Kawah Mas dan Kawah Baru. 16 Desember,
terdengar suara gemuruh dan ledakan dari Kawah Baru, hutan di sekitar
kawah menjadi gundul karena tertimpah bahan lontaran (batu dan
lumpur). Bahan lontaran tersebut dilontarkan ke arah timur, dan
lumpurnya hampir mencapai kampung Cisurupan.
1925 21 Pebruari, terjadi letusan lumpur pada Kawah Nangklak, disusul
dengan semburan lumpur disertai dengan emisi gas kuat.
1926 Terjadi letusan preatik (mengandung lumpur dan sulfur) di Kawah Mas.
1927 Di Kawah Mas terjadi letusan preatik yang terdiri dari lumpur bercampur belerang. Di kawah Baru, terjadi letusan lumpur belerang.
1928 16-18 Februari, terjadi kenaikan temperatur di Kawah Mas.
1942 15-16 Agustus, Di Kawah Mas terbentuk kawah baru.
1993 15 Juli, Di Kawah Baru terjadi peristiwa letusan lumpur
1993 - sekarang Kegiatan G. Papandayan terbatas pada kepulan asap fumarola dan
solfatara serta bualan lumpur dan air panas di sekitar Kawah Mas dan
Kawah Baru (kawah termuda G.Papandayan).
Karakter Letusan
Karakter letusan G. Papandayan, adalah berupa erupsi eksplosif preatomagmatik berskala
menengah (dimanifestasikan oleh sejumlah endapan aliran dan jatuhan piroklastik). Secara
berangsur, kekuatan erupsi G. Papandayan melemah dan cenderung menghasilkan erupsi
epusif magmatik (dimanifestasikan oleh sejumlah leleran lava berkomposisi andesit /
andesit basaltik).
Periode Letusan
Periode letusan G. Papandayan berkisar antara 1 dan 151 tahun, dengan rincian berikut:
setelah meletus pada tahun 1772, letusan berikutnya adalah tahun 1923. Setelah letusan
1923, ritme letusan semakin sering, yakni pada tahun 1924, 1925, dan terakhir pada tahun
1926. Setelah tahun 1923, tidak terjadi lagi letusan dari Kawah Mas (kawah pusat termuda
G.Papandayan)2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar